Kamis, 13 Maret 2014
PENGERTIAN, CIRI-CIRI, TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF BAHASA INDONESIA
TEKS
TANGGAPAN DESKRIPSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TINJAUAN LANDASAN
ONTOLOGI, LANDASAN EPISTEMOLOGI, DAN LANDASAN AKSIOLOGI
Oleh
C I P T O, S.Pd
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 memiliki perubahan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia yang dirinci sebagai berikut (a) materi yang
diajarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan gagasan dan pengetahuan. (b) siswa dibiasakan membaca dan memahami
makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. (c)
siswa dibiasanya menyusun teks yang sistematis, logis, dan efektif melalui
latihan-latihan menyusun teks. (d) siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks
yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan
situasi dan kondisi: siapa, apa, di mana). (e) siswa dibiasakan untuk dapat
mengeskpresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara
spontan.
Selain itu sebuah moto kurikulum 2013 mengenai
peran bahasa Indonesia tertulis "Bahasa Indonesia penghela dan pembawa
pengetahuan". Moto ini menarik untuk dikaji lebih lanjut bagaimana usaha
pemerintah dalam hal ini pendidikan Indonesia menjadikan bahasa Indonesia
sebagai prioritas sebagai penghela atau menarik bagi mata pelajaran lain.
Artinya bahasa Indonesia memiliki peran mentransformasikan ilmu pengetahuan
yang dapat berimplikasi antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
yang lain. Berkaitan dengan moto di atas, peran bahasa Indonesia sebagai
pembawa pengetahuan berarti bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber dalam
mempelajari ilmu pengetahuan, hal ini berkaitan penghargaan kita terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dari uraian di atas, dalam kurikulum
2013 mengalami perubahan signifikan yang perlu ditaati dan dipelajari oleh
pemangku kepentingan.
Untuk itu, apabila kita berpikir bijak perubahan
tidak harus disikapi skeptis, sebalik memunculkan pemikiran kritis guna menatap
masa depan dengan mempersiapkan mental
dan spritual anak bangsa. Pemikiran-pemikiran gemilang tersebut dituangkan dalam
pembelajaran di kelas, terutama keterampilan menulis dengan dasar pemikiran
bahwa kurikulum 2013 mengalami perubahan signifikan dari sisi materi
pembelajaran bahasa Indonesia ke ranah berbasis teks.
Pembelajaran
bahasa Indonesia selalu bersentuhan dengan teks, tetapi pembelajaran berbasis
teks baru dikenalkan dalam kurikulum 2013. Dari implementasi pembelajaran
berbasis teks semoga akan mampu memberikan warna baru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di era global sekarang ini. Selain itu, dalam pembelajaran teks
terutama teks tanggapan deskripsi selalu berkaitan dengan keterampilan menulis.
Keterampilan menulis dari kompetensi berbahasa adalah kemampuan produktif
artinya siswa mampu menghasilkan karya yang diharapkan bermanfaat bagi peserta
didik maupun manfaat bagi lingkungan akademik terutama dunia pendidikan.
Teks yang dimaksud diperinci ke dalam berbagai
jenis, seperti deskripsi, penceritaan (recount), prosedur, laporan, eksplanasi,
diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan
dll. Namun teks dalam kurikulum 2013 terdiri atas jenis teks hasil observasi,
tanggapan deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan teks cerita pendek. Berdasarkan
uraian di atas mengenai ragam teks yang dikembangkan dalam kurikulum 2013,
penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang ragam-ragam teks
yang dipelajari dalam materi bahasa Indonesia di kelas VII SMP. Terutama
pembahasan dalam makalah ini mengupas teks tanggapan deskripsi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia ditinjau dari landasan ontologis, landasan
epistemologi, dan landasan aksiologi.
Teks Tanggapan Deskripsi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Tinjauan
Landasan Ontologi
Ontologi menurut Suriasumantri, (2009:33) objek
yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana
hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Objek kajian dalam landasan ontologis dalam
pembahasan ini adalah teks tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Adapun objek hakikinya dapat dilihat dari teks berbentuk tulisan dan
lisan. Hal ini senada disampaikan oleh Mulyasa (2005:51) teks atau wacana tulis
adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana
sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai
saat ini, menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun
yang dapat mewakili kreativitas manusia. Selanjutnya Mulyasa (2005:52) bentuk
penyampaian wacana atau teks dapat melalui lisan adalah jenis wacana yang
disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini
sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Berdasarkan
dua kutipan di atas, bentuk pengungkapan teks tanggapan deskripsi dapat
dilakukan secara tertulis dan lisan.
Kata deskripsi berasal dari kata bahasa Latin describere
yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu hal. Dari segi istilah
deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya
(Izul:2010) Shinigami (2013) deskripsi adalah paragraf yang berisi
penggambaran suatu objek, tempat, atau peristiwa tertentu kepada pembaca secara
jelas dan terperinci sehingga pembaca seolah-olah melihat dan merasakan sendiri
apa yang dideskripsikan oleh penulis. Jadi berdasarkan uraian di atas deskripsi
adalah gambaran mengenai suatu hal yang dilukiskan dengan kondisi atau keadaan
yang sebenarnya berisi penggambarab suatu objek, tempat, atau peristiwa
tertentu sehingga dapat dirasakan, dilihat, dicium, dan didengar oleh pembaca.
Ciri-ciri teks
tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut:
1. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
2. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya
dengan melibatkan kesan indera.
3. Membuat pembaca atau pandangan merasakan sendiri
atau mengalami sendiri.
4. Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran,
bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Shigami (2013) mengatakan dalam pola pengembangan paragraf tanggapan
deskripsi sebagai berikut: (1). Paragraf deskripsi spasial, paragraf ini
menggambarkan objek khusus ruangan, benda atau tempat. ( 2) Paragraf deskripsi
subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan
perasaan penulis. (3) paragraf deskripsi objektif, paragraf ini menggambarkan
objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Macam-macam deskripsi, teks tanggapan
deskripsi dipilah atas dua kategori, yakni karangan deskripsi orang dan
karangan deskripsi tempat. (1) Deskripsi orang adalah tulisan yang ditentukan
hal-hal yang menarik dari orang-orang yang akan dideskripsikan. Beberapa aspek
yang layak dideskripsikan bagi seseorang yang dideskripsikan adalah sebagai
berikut. (a) deskripsi keadaan fisik bertujuan memberikan gambaran yang
sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh. Deskripsi ini lebih
bersifat objektif. (b) deskripsi keadaan sekitar yaitu penggambaran keadaan
kondisi sekeliling sang tokoh, misalnya penggambaran tentang
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh sang tokoh. (c) deskripsi watak atau
perbuatan yaitu penggambaran sikap atau watak yang dimiliki oleh sang tokoh.
Kegiatan dalam menentukan watak tokoh sangat sulit karena kegiatan tersebut
merupakan perbuatan yang sangat sensitif kaitannya tingkah laku sang tokoh. (d)
deskripsi mengenai pemikiran-pemikiran yang disampaikan oleh tokoh. (2)
Deskripsi tempat merupakan deskripsi yang memegang peranan penting karena
setiap peristiwa yang dialami oleh setiap orang selalu berkaitan dengan tempat.
Hal-hal yang perlu dikaitkan dalam menyusun deskripsi tempat seperti suasana
hati, bagian yang relevan, dan urutan penyajian.
Tujuan menulis teks tanggapan deskripsi
menurut Marahimin (1994:19 via Tindaon, 2012), adalah sebagai berikut (1)
Memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam
mengerjakan sesuatu. (2) menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau
penjelasan tentang sesuatu hal yang harus diketahui oleh orang lain.
(3)Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu cara yang
berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu. (4) meringkas, yaitu membuat
rangkuman atau tulisan sehingga lebih singkat.
Teks Tanggapan Deskripsi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Tinjauan
Landasan Epistemologi
Suriasumantri
(2009:33) mengatakan bahwa epistemologi adalah Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan yang benar? Apa yang
disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah menyatakan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik. Kemdikbud
(2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientifik
approach) dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam
pembelajaran menuntut adanya perubahan
setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran
konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang dipandang sejalan dengan
prinsip-prinsip Teks Tanggapan Deskripsi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tinjauan Landasan Aksiologi pendekatan saintifik antara lain: (1) problem based solving; (2) project based learning; (3) inkuiri/inkuiri
sosial; dan (4) Group investigation.
Metode-metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah,
merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban sementara atas suatu
masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui
penginderaan), pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara
lisan maupun tulisan.
Adapun prosedur
pembelajaran dengan menggunakan teks tanggapan deskripsi adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
Prosedur atau langkah pertama yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dalam menulis teks tanggapan deskripsi adalah
menentukan objek atau tema yang akan dibahas. Hal ini sejalan dengan pendapat
Mulyasa, (2005: 37) tema, topik dan judul wacana perlu mendapat perhatian
khusus, terutama dalam kaitannya dengan pemahaman terhadap wacana tulis.
Selanjutnya Mulyasa menambahkan tema menurut Yule dan Brown (1983:126) adalah
the starting of utterance (permulaan dari suatu ujaran). Dalam berbagai bentuk
'wacana', sudah lazim terdapat tema yang diusung untuk mewadahi program dan
tujuan apa yang hendak dicapai. Untuk itu dalam hal membuat teks tanggapan
deskripsi ini guru dan siswa diharuskan menentukan tema atau objek yang
dikuasai dan dipahami oleh siswa.
2. Tentukan tujuan. Tujuan merupakan sesuatu yang
ingin dicapai dalam pembelajaran. Dalam hal ini tujuan penulisan teks tanggapan
deskripsi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia kaitannya
dengan kompetensi inti, standar kompetensi serta indikator pembelajaran yang
ingin dicapai.
3. Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan
dengan melakukan pengamatan. Dalam hal ini guru dan siswa memfokuskan
aspek-aspek yang akan digambarkan dengan melakukan pengamatan untuk penulisan
teks tanggapan deskripsi sehingga tulisan yang dihasilkan akan menjadi optimal.
4. Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang
baik, baik urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan.
Langkah selanjutnya dilakukan melakukan pengurutan lokasi-lokasi yang akan
diamati, urutan waktu serta kepentingan-kepentingan siswa dalam proses menulis.
Hal ini dilakukan dengan urutan yang tertata rapi hasil tulisan akan menjadi
lebih efektif dan menarik.
5. Kembangkan kerangka menjadi teks tanggapan
deskripsi. Langkah selanjutnya siswa mengembangkan tulisan dari kerangka
tulisan yang telah dikerjakan. Mengembangkan ide tulisan langkah sangat
penting, dari langkah inilah siswa dilatih dalam mengembangkan pengetahuan dari
suatu yang dilihat, dirasa, didengar maupun yang diraba. Langkah ini dilakukan
setelah tahap-tahap dalam penulisan teks tanggapan deskripsi dapat dilewati
dengan baik.
Selanjutnya contoh prosedur yang dilakukan
dalam mengenali struktur teks tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut: (1) identifikasi (2) klasifikasi, (3)
deskripsi bagian. Setelah siswa membaca teks "Pantun Indonesia"
Struktur Teks
|
Deskripsi
|
Identifikasi
|
Pantun
terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris
masyarakat pendukungnya: misalnya "air, hujan, dan hulu", dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud
selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan pantun tersebut.
|
Klasifikasi
Definisi
|
Pantun
merupakan salah satu jenis puisi lama yang dikenal luas di Nusantara. Pantun
berasal dari kata pantuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa dikenal sebagai parikan,
dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak
dikenal sebagai umpasa (baca:uppasa).
Pantun
biasanya terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap
baris terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan
a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan
sastra lisan, tetapi sekarang dijumpai juga pantun tulis.
|
Deskripsi
Bagian
|
Bentuk
Pantun
Sampiran
Ke
hulu membuat pagar
Jangan
terpotong batang durian
Isi
Cari
guru tempat belajar
Supaya
jangan sesal kemudian.
Sampiran
terutama digunakan untuk menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah
pendengar memahami isi pantun. Dalam hal kata "pagar: dan
"belajar" rima dan irama yang terkait, demikian juga
"durian" dan "kemudian", sehingga larik-larik dalam bait
itu membentuk persajakan a-b-a-b.
|
Sumber: Buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan 2013.
Kriteria teks tanggapan deskripsi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut. (1)
materi pembelajaran atau teks berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) penjelasan guru, respon siswa, dan
interaksi edukatif guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terbebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi ,siswa
mampu berpikir hipotetik dalam melakukan perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
sama lain dari materi pembelajaran bahasa Indonesia. (4) Mendorong dan
menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam mersepon materi pembelajaran bahasa Indonesia.
(5) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. (6) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan
jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Teks Tanggapan Deskripsi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Tinjauan
Landasan Aksiologi
Suriasumantri (2009:33) menyatakan bahwa
aksiologi adalah untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
Bagaimana kaitannya antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitannya
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan
norma-norma moral/profesional?
Kegunaan ilmu atau nilai sikap yang ditinjau dari landasan aksiologi diperoleh
dari teks tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Melalui pembelajaran berkelanjutan, dimulai dengan
meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidahan konteks suatu teks,
dalam hal ini teks tanggapan deskripsi yang menyajikan suatu teks tulis dan
lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap
kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai warisan
budaya bangsa.
2. Menjadi orang yang bersikap positif terhadap
bahasa Indonesia dengan menarapkan sikap setia, bangga dan hormat terhadap
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
3. Melalui menulis teks tanggapan deskripsi siswa
menjadi berpikir kritis serta mampu menjadi orang yang bertanggung jawab dalam
perkataan dan perbuatan melalui karya kreatif yang ditulisnya.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas terhadap sajian teks tanggapan deskripsi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia ditinjau dari landasan ontologi, landasan
epistemologi, dan landasan aksiologi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Objek kajian dalam landasan ontologis dalam
pembahasan ini adalah teks tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Adapun objek hakikinya dapat dilihat dari teks berbentuk tulisan dan
lisan.
2. Adapun prosedur pembelajaran dengan menggunakan
teks tanggapan deskripsi ditinjau dari landasan epistemologi adalah sebagai
berikut: (a)Tentukanobjek atau tema yang akan dideskripsikan. (b) Tentukan
tujuan. (c) Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan
pengamatan. (d) Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, baik
urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan. (e) Kembangkan
kerangka menjadi teks tanggapan deskripsi.
3. Kegunaan ilmu atau nilai sikap yang ditinjau dari landasan aksiologi diperoleh
dari teks tanggapan deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut: (a) Melalui pembelajaran berkelanjutan, dimulai dengan
meningkatkan kompetensi pengetahuan tentang jenis, kaidahan konteks suatu teks,
dalam hal ini teks tanggapan deskripsi yang menyajikan suatu teks tulis dan
lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada pembentukan sikap
kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai warisan
budaya bangsa. (b) Menjadi orang yang bersikap positif terhadap bahasa
Indonesia dengan menarapkan sikap setia, bangga dan hormat terhadap bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan. (c) Melalui menulis teks tanggapan
deskripsi siswa menjadi berpikir kritis serta mampu menjadi orang yang
bertanggung jawab dalam perkataan dan perbuatan melalui karya kreatif yang
ditulisnya.
DAFTAR REFERENSI
Izul,
Hasanah. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi dengan
Teknik Objek Langsung (online) (http://agupenajateng.net. 3 Maret 2013).
Mulyasa.
2005. Kajian Wacana: Teori, Metode &Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana
Suriasumantri.
Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Shinigami, Zida
(2013) Pengertian dan Contoh Paragraf Deskripsi Terfresh.
Kerrozi.blogspot.com/2013/02/pengertian dan contoh paragraf deskripsi diakses
pada tanggal 11 Maret 2014.
Tindaon, Yosi
Abdian. 2012. Tujuan Menulis Karangan Deskripsi. (online) http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/tujuan-menulis-karangan-deskripsi.
html diakses pada tanggal 11 Maret 2014.
Kemdikbud.
2013. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Minggu, 09 Maret 2014
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PEMIKIRAN KRITIS GURU DALAM MENULIS KARYA TULIS
UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH MELALUI BERPIKIR KRITIS
GURU DALAM KARYA ILMIAH
CIPTO,
S.Pd/Staf pengajar SMP Negeri 2 Jawai Selatan Kab. Sambas Guru Bahasa
Indonesia
1. Latar Belakang
Perubahan dan perkembangan zaman berdampak terhadap kebutuhan
dalam dunia pendidikan. Tuntutan akan kualitas dari hasil sebuah proses
pendidikan pun berubah menjadi semakin tinggi. Ketidakmampuan dunia pendidikan
untuk memenuhi tuntutan tersebut akan berdampak kepada sumber daya manusia
suatu negara (dalam hal ini Indonesia).
Berdasarkan persoalan di atas kemajuan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia
tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk
menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena
itu, pembaharuan (inovasi) pendidikan
harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Jadi, inovasi
dalam pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan, jika dunia
pendidikan kita tidak ingin tertinggal dan output
yang dihasilkan dapat bersaing dengan negara lain di era globalisasi. Untuk
itu, diperlukan guru berkualitas, baik ditinjau dari kualifikasi S.I dan
profesional dalam bidangnya dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh
pengakuan atas prestasi belajar merupakan salah satu persyaratan dari satuan
pendidikan.
Selama ini tinjauan kita terhadap keberhasilan pendidikan
adalah melalui Ujian Nasional. Hal ini berdasarkan pada Permendiknas No. 20
tahun 2007 menyebutkan bahwa ”Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan
dari satuan pendidikan.
Berdasarkan Permendiknas di atas, salah satu pengukuran
keberhasilan pembelajaran di Indonesia dapat diketahui melalui ujian nasional.
Berarti dengan tingginya nilai ujian indikator dari manusia Indonesia pintar,
akan tetapi belum tentu berkualitas. Ketika ujian nasional merupakan salah satu
pengakuan keberhasilan pendidikan di negeri ini, perlu kita tanyakan
korelasinya dengan kreativitas peserta didik dalam menentukan pilihan hidupnya
dengan dengan alat ukur yang dibuat.
Sebagai dasar nilai rata-rata ujian berdasarkan data Dinas
Pendidikan kabupaten Sambas tahun 2008/2009, untuk tingkat SMP Negeri dan
Swasta nilai rata-rata Bahasa Indonesia 6,37, Bahasa Inggris 4,76, Matematika
4,07, dan IPA 4,91. Dengan capaian nilai tertinggi Bahasa Indonesia 10,00,
Bahasa Inggris 8,40, Matematika 9,75, dan IPA 8,75. Sedangkan capaian nilai
terendah adalah Bahasa Indonesia 2,20, Bahasa Inggris 1,60, Matematika 1,00,
dan IPA 1,50.
Berdasarkan data di atas, dari rata-rata nilai yang ada yang
dapat melewati 100% kelulusan per mata pelajaran adalah bahasa Indonesia,
sedangkan tiga bidang studi di bawah standar (patokan). Jadi berdasarkan data
di atas jelas bahwa mutu pendidikan di daerah kab. Sambas masih rendah. Untuk
menyoroti kegagalan dalam proses pembelajaran di atas dapat ditentukan berbagai
faktor antara lain:
a.
Input siswa dengan bekal kompetensi yang rendah, dengan
gejala yang dapat dilihat kemampuan belajar yang lambat, pemahaman yang tidak
tuntas terhadap konsep-konsep bahan ajar.
b.
Kurangnya guru dengan gejala beban mengajar guru
bertambah, pembinaan siswa terlantar.
c.
Kompetensi guru yang memprihatinkan dengan gejala kekurangterampilan guru dalam mengembangkan
materi, metode, serta media belajar dan kurangnya semangat untuk berkompetensi.
d.
Dukungan manajemen sekolah yang memprihatinkan dengan
gejala guru tidak merasa menjadi bagian dari tim sekolah, dan terhambatnya
pengembangan program-program inovatif.
(Lokakarya Guru
SMP Dinas Pendidikan Kab.Sambas, 3 Agustus 2009)
Satu di antara
persoalan dalam kegagalan dalam pendidikan adalah kompetensi guru yang
memprihatinkan dengan gejala kurangnya semangat berkompetensi. Hal tersebut
merupakan salah satu indikator kegagalan
karena guru tidak mau dalam mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas
dirinya. Sehingga berakibat kepada siswa tidak mampu untuk berkompetisi dengan
siswa lainnya.
Berdasarkan latar
belakang di atas diperlukan solusi yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi
bangsa Indonesia. Artinya seorang guru harus mampu berkompetisi dan mampu
menjadi model yang efektif dalam pembelajaran. Hal ini dapat tercapai dengan
keterampilan menulis karena menulis dan membaca merupakan keterampilan
produktif dalam menghasilkan karya sebagai sebuah pemikiran penulis. Untuk itu,
penulis berupaya membahas persoalan di atas, melalui keterampilan guru dalam
menulis karya ilmiah dapat meningkatkan kualitas pendidikan (dalam hal ini di
Indonesia)
2. Pengertian Menulis Karya Ilmiah
Menulis merupakan
kegiatan kreatif karena menulis merupakan kemampuan produktif setelah membaca
karena dengan menulis kita bisa menyampaikan gagasan yang konstruktif sesuai
dengan tujuan dari tulisan yang dibuat. Ditambah lagi,, menulis merupakan upaya
pengembangan diri dalam mengolah kata menjadi ringkas, padat, berisi, dan
menarik untuk dibaca. Menulis biasanya disebut dengan karya ilmiah, baik itu
ilmiah maupun karya non ilmiah. Karya ilmiah terdiri atas skripsi, tesis,
artikel ilmiah, karya ilmiah, dan lain-lain. Sedangkan karya nonilmiah adalah
ceerpen, novel, prosa, puisi.
Selain itu, menurut Puji (2008:2)
banyak keuntungan yang dapat diraih dengan menulis. Dengan menulis, Anda dapat
mendokumentasikan ide, pemikiran, atau
apa saja yang ada dalam pikiran. Apalagi jika tulisan Anda dibukukan kemudian
dibaca, diapresiasi, dan dimanfaatkan orang lain, Anda pasti akan merasakan
kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri.
Berdasarkan
pendapat di atas, menulis merupakan tindakan yang kreatif dalam menyampaikan
ide atau gagasan yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Triningsih
(2008:2) mengungkapkan pengertian karya ilmiah merupakan karangan yang
menyajikan hasil pikiran, pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang
disusun menurut metode tertentu secara sistematis.
Berdasarkan
menurut pendapat di atas, karya ilmiah proses penyajian ide atau gagasan penulis
melalui hasil pikirannya (karya) dengan menggunakan metode yang ditentukan
untuk kepentingan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Ditambah lagi, dengan karya yang dihasilkan semoga mampu memberikan kontribusi
pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan menghasilkan teori yang
efektif dalam memajukan pendidikan, budaya, pertanian, maupun bidang lainnya.
3. Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah
melalui Berpikir Kritis Guru dalam Karya Ilmiah
Berdasarkan
pantauan penulis di lapangan, kondisi yang dihadapi siswa dalam belajar ialah:
(1) Proses pembelajaran lebih bersifat pasif karena terbatasnya wawasan
dimiliki karena kurangnya minat dalam membaca siswa.(2) Pembelajaran lebih
kepada hasil, bukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai.(3) Kurangnya
pengawasan dan dukungan orang tua dalam belajar. (4)Kurangnya kerjasama antara
pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengembangkan atau menumbuhkan
potensi siswa, Persoalan di atas tidak terjadi dengan begitu saja, akan tetapi,
hal tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi guru yang kurangnya merencanakan
pembelajaran efektif, yang menyentuh kepada pelaksanaan serta proses penilaian
yang berantakan. Kurangnya semangat berkompetensi. Gambaran persoalan tersebut
memberikan masukan yang signifikan terhadap kondisi pembelajaran yang tidak
berjalan dengan efektif.
Guru yang kreatif
dan memiliki semangat kompetisi akan memiliki nilai tambah (value added) (dalam hal ini memiliki
kemampuan dalam karya ilmiah) karena melalui karya yang ditampilkan akan
memberikan model yang efektif dalam membangun semangat siswa sehingga memiliki
ekspetasi. Menurut UU No.14/2005, pasal: 1:1 menyatakan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah,
Berdasarkan
pernyataan di atas, guru yang profesional (guru yang memiliki keterampilan
sesuai dengan bidangnya) yang mempunyai kemampuan memberikan pengetahuan,
pemahamanan, dalam mentransferkannya kepada peserta didik.
Creemers (1996)
(dalam Jamaluddin, 2002: 17) menyebutkan mengembangkan model dasar sekolah yang
efektif mencakup empat tingkat: siswa, kelas, sekolah, dan konteks (di atas
sekolah). Asumsi dasar Creemers bahwa
prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor siswa saja (latar belakang
sosio-ekonomi, kecerdasan, dan motivasi instrinsik) tetapi juga oleh kelas,
sekolah, dan di mana proses belajar mengajar terjadi.
Berdasarkan
pembahasan di atas, faktor-faktor sekolah efektif guna menuju sekolah yang
berkualitas adalah faktor kelas. Kelas merupakan sebuah wadah dalam
mentransformasikan ilmu, yang dipimpin oleh seorang guru. Guru yang berkualitas
yang memiliki kemampuan menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang
matang terhadap persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan
masukan yang konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi
atau bakat dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam
menjalani hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan
kepada siswa budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi.
(9) Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam
menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta
penilaian dalam pembelajaran. (11)
responsif terhadap kemajuan yang berkembang.(12) memahami kebutuhan siswa dan
tuntutan zaman.
4. Kesimpulan
Simpulan yang
dapat dipetik dari pembahasan di atas adalah terampil menulis karya tulis
ilmiah oleh pendidik akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena dengan
menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)
mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang matang terhadap
persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan masukan yang
konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi atau bakat
dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam menjalani
hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan kepada siswa
budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi. (9)
Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam
menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta
penilaian dalam pembelajaran.
DAFTAR REFERENSI
Dinas Pendidikan. Bahan Sajian untuk Lokakarya SMP di Sambas.
Disampaikan 3 Agustus 2009.
Triningsih, Diah Erna. 2008. Kiat Menulis Karya Ilmiah. PT. Macanan
Jaya Cemerlang: Magelang Indonesia
FKIP Untan. 1996. Jurnal Ilmiah Edukatif FKIP Untan. FKIP:
Pontianak.
Puji Farida. 2008. Panduan Menulis Laporan. PT. Citra Aji
Parama: Yogjakarta
Langganan:
Postingan (Atom)