RACIKAN KURIKULUM 2013: Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia
Oleh: CIPTO, S.Pd
Guru SMPN 2 Jawai Selatan/
Sedang Menempuh Pendidikan Linguistik Terapan angkatan 2013 PPs UNY
Program Beasiswa P2TK
Pandangan sinis terlontar pertama muncul kurikulum 2013,
dengan berpikir dangkal penulis berkomentar kurikulum sebelumnya sudah terselenggara
dengan efektif, baik ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang
optimal, kenapa diubah? Akan tetapi,
setelah diikuti dengan seksama Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis
Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pertanyaan lain, mengelitik terhadap lahirnya
kurikulum 2013, mengapa harus sekarang? Lantas ternyata pertanyaan tersebut terjawab
dengan gamblang, tantangan masa
depan meliputi: (a) Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA; (b) masalah lingkungan hidup; (c) Kemajuan
teknologi informasi (d) Konvergensi
ilmu dan teknologi; (e) ekonomi berbasis pengetahuan (f) Kebangkitan
industri kreatif dan budaya; (g) Pergeseran
kekuatan ekonomi dunia; (h) Pengaruh
dan imbas teknosains; (i) Mutu,
investasi
dan transformasi pada sektor pendidikan.
Berdasarkan
sajian tantangan masa depan pendidikan di atas, tergores sebuah tanggung jawab
besar yang diberikan pada pendidikan. Upaya yang dilakukan melalui langkah
konkrit perubahan kurikulum, sebagai kerangka perpikir efektif untuk mengubah
tatanan sosial masyarakat Indonesia guna menghadapi pesatnya persaingan hidup
di era modern. penulis memilih diksi ‘gores’ yang didefinisikan ‘garis’
(KBBI edisi lux:2005), guna menjelaskan tanggung jawab besar yang dipikul
mempunyai batas, sebagai rujukan bahwa pendidikan tanggung jawab kolektif.
Selain
itu, salah satu hal menarik dan layak dikupas pada item (i) mutu, investasi dan
transformasi pada sektor pendidikan. Hal ini terjadi adanya ekspektasi yang
tinggi terhadap kualitas pendidikan, yang tidak hanya cukup mengandalkan aspek
bahagia saja. Tinjauan investasi, sebagai modal bagi bangsa dan negara dalam
menatap peradaban yang lebih mantap. Tinjauan transformasi, terjadi perubahan
yang positif dalam budaya berbangsa menjadi generasi yang kreatif.
Hal ini
sejalan dengan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi menggembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, tujuan dari pendidikan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Hal selanjutnya menarik untuk
didiskusikan dalam kurikulum 2013, penulis rinci pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Pertama, materi
yang diajarkan
ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
gagasan dan pengetahuan. Djiwandono
(2010) menyebutkan dalam penyelenggaraan pembelajaran pada umumnya, termasuk
pembelajaran bahasa, senantiasa dapat dibedakan adanya tiga komponen utama,
yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil
pembelajaran. Berdasarkan pendapat Djiwandono, proses efektivitas penyajian
materi guna mendapatkan hasil maksimal
melalui memfokuskan pada penyampaian tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
yang bermakna (meaningful), dan yang
tidak kalah pentingnya proses evaluasi sesuai dengan tujuan alat untuk
menyampaikan gagasan dan pengetahuan terselenggara dengan baik.
Kedua, siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta
meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. Bidang psikolinguistik yang mengupas “Pembentukan dan
Pemakaian Memori” Menurut Clark dan Clark ,1977 (dalam Dardjowidjojo, 2003:279)
Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahap: input, penyimpanan, dan output.
Salah satunya, pada tahap input,
orang umumnya menerima masukan, baik lisan maupun tulisan, kemudian memberikan
interpretasi tentang masukan itu untuk memahaminya. Biasanya orang
memperhatikan maknanya, bukan kata-kata yang didengar atau dibaca tetapi isi
dari keseluruhan kata-kata itu. Berdasarkan teori memori manusia pada tahap input sangat memungkinkan peserta didik
dengan membaca dan memahami teks yang kemudian diringkas dengan bahasa sendiri.
Dengan demikian, sebagai persiapan peserta didik memasukan materi ke tahap
penyimpanan, dan tahap yang lebih baik ke tahap output.
Ketiga, siswa dibiasakan menyusun teks yang
sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks Siswa
dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam
proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan kondisi: siapa, apa, dimana). Keempat, Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai
sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi dan
kondisi: siapa, apa, dimana). Kelima, Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan
pengetahuannya dengan bahasa yang meyakinkan secara spontan.
Selantasnya Kurikulum 2013 bukan
anugerah yang cukup diamati, tetapi sesuatu yang perlu dikembangkan sesuai
dengan harapan dan tujuan mulia dalam pendidikan. Kalau penulis menganalogikan
kondisi kurikulum baru seperti, seorang penyanyi pemula akan canggung untuk
mengeluarkan suara merdunya, Seorang pemain bola pemula akan sulit menyatukan
permainan dengan pemain seniornya. Perlu waktu untuk melatih vokalnya dalam hal
bernyanyi, sedangkan dalam permainan bola perlu waktu membangun kebersamaannya.
Penulis meyakini pelaksanaan kurikulum 2013, khususnya dalam pembelajaran
bahasa Indonesia memberikan sensasi berbeda dari sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas penulis membatasi pembahasan
berdasarkan tinjauan perubahan yang ada pada mata pelajaran bahasa Indonesia
dari sisi penyajian materi, banyak hal-hal baru yang dipelajari dengan seksama
guna menyukseskan kurikulum baru ini. Akhirnya, dapat disimpulkan kurikulum
2013 sebagai hal baru, semoga memberi manfaat untuk maju. Menatap masa depan
pendidikan dapat dihadapi dengan tegak terutama tinjauan mutu, investasi serta
tranformasi, dan ekspektasi selanjutnya, pembelajaran bahasa Indonesia akan
lebih komunikatif, kreatif, serta bermakna (meaningful) yang
menempatkan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan carrier of knowledge.
.
Yogyakarta, 5 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar