UPAYA
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH MELALUI BERPIKIR KRITIS
GURU DALAM KARYA ILMIAH
CIPTO,
S.Pd/Staf pengajar SMP Negeri 2 Jawai Selatan Kab. Sambas Guru Bahasa
Indonesia
1. Latar Belakang
Perubahan dan perkembangan zaman berdampak terhadap kebutuhan
dalam dunia pendidikan. Tuntutan akan kualitas dari hasil sebuah proses
pendidikan pun berubah menjadi semakin tinggi. Ketidakmampuan dunia pendidikan
untuk memenuhi tuntutan tersebut akan berdampak kepada sumber daya manusia
suatu negara (dalam hal ini Indonesia).
Berdasarkan persoalan di atas kemajuan suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia
tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk
menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena
itu, pembaharuan (inovasi) pendidikan
harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Jadi, inovasi
dalam pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan, jika dunia
pendidikan kita tidak ingin tertinggal dan output
yang dihasilkan dapat bersaing dengan negara lain di era globalisasi. Untuk
itu, diperlukan guru berkualitas, baik ditinjau dari kualifikasi S.I dan
profesional dalam bidangnya dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh
pengakuan atas prestasi belajar merupakan salah satu persyaratan dari satuan
pendidikan.
Selama ini tinjauan kita terhadap keberhasilan pendidikan
adalah melalui Ujian Nasional. Hal ini berdasarkan pada Permendiknas No. 20
tahun 2007 menyebutkan bahwa ”Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran
pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan
dari satuan pendidikan.
Berdasarkan Permendiknas di atas, salah satu pengukuran
keberhasilan pembelajaran di Indonesia dapat diketahui melalui ujian nasional.
Berarti dengan tingginya nilai ujian indikator dari manusia Indonesia pintar,
akan tetapi belum tentu berkualitas. Ketika ujian nasional merupakan salah satu
pengakuan keberhasilan pendidikan di negeri ini, perlu kita tanyakan
korelasinya dengan kreativitas peserta didik dalam menentukan pilihan hidupnya
dengan dengan alat ukur yang dibuat.
Sebagai dasar nilai rata-rata ujian berdasarkan data Dinas
Pendidikan kabupaten Sambas tahun 2008/2009, untuk tingkat SMP Negeri dan
Swasta nilai rata-rata Bahasa Indonesia 6,37, Bahasa Inggris 4,76, Matematika
4,07, dan IPA 4,91. Dengan capaian nilai tertinggi Bahasa Indonesia 10,00,
Bahasa Inggris 8,40, Matematika 9,75, dan IPA 8,75. Sedangkan capaian nilai
terendah adalah Bahasa Indonesia 2,20, Bahasa Inggris 1,60, Matematika 1,00,
dan IPA 1,50.
Berdasarkan data di atas, dari rata-rata nilai yang ada yang
dapat melewati 100% kelulusan per mata pelajaran adalah bahasa Indonesia,
sedangkan tiga bidang studi di bawah standar (patokan). Jadi berdasarkan data
di atas jelas bahwa mutu pendidikan di daerah kab. Sambas masih rendah. Untuk
menyoroti kegagalan dalam proses pembelajaran di atas dapat ditentukan berbagai
faktor antara lain:
a.
Input siswa dengan bekal kompetensi yang rendah, dengan
gejala yang dapat dilihat kemampuan belajar yang lambat, pemahaman yang tidak
tuntas terhadap konsep-konsep bahan ajar.
b.
Kurangnya guru dengan gejala beban mengajar guru
bertambah, pembinaan siswa terlantar.
c.
Kompetensi guru yang memprihatinkan dengan gejala kekurangterampilan guru dalam mengembangkan
materi, metode, serta media belajar dan kurangnya semangat untuk berkompetensi.
d.
Dukungan manajemen sekolah yang memprihatinkan dengan
gejala guru tidak merasa menjadi bagian dari tim sekolah, dan terhambatnya
pengembangan program-program inovatif.
(Lokakarya Guru
SMP Dinas Pendidikan Kab.Sambas, 3 Agustus 2009)
Satu di antara
persoalan dalam kegagalan dalam pendidikan adalah kompetensi guru yang
memprihatinkan dengan gejala kurangnya semangat berkompetensi. Hal tersebut
merupakan salah satu indikator kegagalan
karena guru tidak mau dalam mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas
dirinya. Sehingga berakibat kepada siswa tidak mampu untuk berkompetisi dengan
siswa lainnya.
Berdasarkan latar
belakang di atas diperlukan solusi yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi
bangsa Indonesia. Artinya seorang guru harus mampu berkompetisi dan mampu
menjadi model yang efektif dalam pembelajaran. Hal ini dapat tercapai dengan
keterampilan menulis karena menulis dan membaca merupakan keterampilan
produktif dalam menghasilkan karya sebagai sebuah pemikiran penulis. Untuk itu,
penulis berupaya membahas persoalan di atas, melalui keterampilan guru dalam
menulis karya ilmiah dapat meningkatkan kualitas pendidikan (dalam hal ini di
Indonesia)
2. Pengertian Menulis Karya Ilmiah
Menulis merupakan
kegiatan kreatif karena menulis merupakan kemampuan produktif setelah membaca
karena dengan menulis kita bisa menyampaikan gagasan yang konstruktif sesuai
dengan tujuan dari tulisan yang dibuat. Ditambah lagi,, menulis merupakan upaya
pengembangan diri dalam mengolah kata menjadi ringkas, padat, berisi, dan
menarik untuk dibaca. Menulis biasanya disebut dengan karya ilmiah, baik itu
ilmiah maupun karya non ilmiah. Karya ilmiah terdiri atas skripsi, tesis,
artikel ilmiah, karya ilmiah, dan lain-lain. Sedangkan karya nonilmiah adalah
ceerpen, novel, prosa, puisi.
Selain itu, menurut Puji (2008:2)
banyak keuntungan yang dapat diraih dengan menulis. Dengan menulis, Anda dapat
mendokumentasikan ide, pemikiran, atau
apa saja yang ada dalam pikiran. Apalagi jika tulisan Anda dibukukan kemudian
dibaca, diapresiasi, dan dimanfaatkan orang lain, Anda pasti akan merasakan
kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri.
Berdasarkan
pendapat di atas, menulis merupakan tindakan yang kreatif dalam menyampaikan
ide atau gagasan yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Triningsih
(2008:2) mengungkapkan pengertian karya ilmiah merupakan karangan yang
menyajikan hasil pikiran, pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang
disusun menurut metode tertentu secara sistematis.
Berdasarkan
menurut pendapat di atas, karya ilmiah proses penyajian ide atau gagasan penulis
melalui hasil pikirannya (karya) dengan menggunakan metode yang ditentukan
untuk kepentingan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Ditambah lagi, dengan karya yang dihasilkan semoga mampu memberikan kontribusi
pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan menghasilkan teori yang
efektif dalam memajukan pendidikan, budaya, pertanian, maupun bidang lainnya.
3. Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah
melalui Berpikir Kritis Guru dalam Karya Ilmiah
Berdasarkan
pantauan penulis di lapangan, kondisi yang dihadapi siswa dalam belajar ialah:
(1) Proses pembelajaran lebih bersifat pasif karena terbatasnya wawasan
dimiliki karena kurangnya minat dalam membaca siswa.(2) Pembelajaran lebih
kepada hasil, bukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai.(3) Kurangnya
pengawasan dan dukungan orang tua dalam belajar. (4)Kurangnya kerjasama antara
pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengembangkan atau menumbuhkan
potensi siswa, Persoalan di atas tidak terjadi dengan begitu saja, akan tetapi,
hal tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi guru yang kurangnya merencanakan
pembelajaran efektif, yang menyentuh kepada pelaksanaan serta proses penilaian
yang berantakan. Kurangnya semangat berkompetensi. Gambaran persoalan tersebut
memberikan masukan yang signifikan terhadap kondisi pembelajaran yang tidak
berjalan dengan efektif.
Guru yang kreatif
dan memiliki semangat kompetisi akan memiliki nilai tambah (value added) (dalam hal ini memiliki
kemampuan dalam karya ilmiah) karena melalui karya yang ditampilkan akan
memberikan model yang efektif dalam membangun semangat siswa sehingga memiliki
ekspetasi. Menurut UU No.14/2005, pasal: 1:1 menyatakan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah,
Berdasarkan
pernyataan di atas, guru yang profesional (guru yang memiliki keterampilan
sesuai dengan bidangnya) yang mempunyai kemampuan memberikan pengetahuan,
pemahamanan, dalam mentransferkannya kepada peserta didik.
Creemers (1996)
(dalam Jamaluddin, 2002: 17) menyebutkan mengembangkan model dasar sekolah yang
efektif mencakup empat tingkat: siswa, kelas, sekolah, dan konteks (di atas
sekolah). Asumsi dasar Creemers bahwa
prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor siswa saja (latar belakang
sosio-ekonomi, kecerdasan, dan motivasi instrinsik) tetapi juga oleh kelas,
sekolah, dan di mana proses belajar mengajar terjadi.
Berdasarkan
pembahasan di atas, faktor-faktor sekolah efektif guna menuju sekolah yang
berkualitas adalah faktor kelas. Kelas merupakan sebuah wadah dalam
mentransformasikan ilmu, yang dipimpin oleh seorang guru. Guru yang berkualitas
yang memiliki kemampuan menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan
sebagai berikut: (1) mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang
matang terhadap persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan
masukan yang konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi
atau bakat dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam
menjalani hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan
kepada siswa budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi.
(9) Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam
menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta
penilaian dalam pembelajaran. (11)
responsif terhadap kemajuan yang berkembang.(12) memahami kebutuhan siswa dan
tuntutan zaman.
4. Kesimpulan
Simpulan yang
dapat dipetik dari pembahasan di atas adalah terampil menulis karya tulis
ilmiah oleh pendidik akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena dengan
menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1)
mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang matang terhadap
persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan masukan yang
konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi atau bakat
dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam menjalani
hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan kepada siswa
budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi. (9)
Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam
menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta
penilaian dalam pembelajaran.
DAFTAR REFERENSI
Dinas Pendidikan. Bahan Sajian untuk Lokakarya SMP di Sambas.
Disampaikan 3 Agustus 2009.
Triningsih, Diah Erna. 2008. Kiat Menulis Karya Ilmiah. PT. Macanan
Jaya Cemerlang: Magelang Indonesia
FKIP Untan. 1996. Jurnal Ilmiah Edukatif FKIP Untan. FKIP:
Pontianak.
Puji Farida. 2008. Panduan Menulis Laporan. PT. Citra Aji
Parama: Yogjakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar