Minggu, 09 Maret 2014

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN MELALUI PEMIKIRAN KRITIS GURU DALAM MENULIS KARYA TULIS



UPAYA MENINGKATKAN  KUALITAS  PENDIDIKAN DI SEKOLAH MELALUI BERPIKIR KRITIS GURU DALAM KARYA ILMIAH

CIPTO, S.Pd/Staf pengajar SMP Negeri 2 Jawai Selatan Kab. Sambas Guru   Bahasa   Indonesia

1.      Latar Belakang
Perubahan dan perkembangan zaman berdampak terhadap kebutuhan dalam dunia pendidikan. Tuntutan akan kualitas dari hasil sebuah proses pendidikan pun berubah menjadi semakin tinggi. Ketidakmampuan dunia pendidikan untuk memenuhi tuntutan tersebut akan berdampak kepada sumber daya manusia suatu negara (dalam hal ini Indonesia).
Berdasarkan persoalan di atas kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan (inovasi) pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Jadi, inovasi dalam pendidikan sudah menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan, jika dunia pendidikan kita tidak ingin tertinggal dan output yang dihasilkan dapat bersaing dengan negara lain di era globalisasi. Untuk itu, diperlukan guru berkualitas, baik ditinjau dari kualifikasi S.I dan profesional dalam bidangnya dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar merupakan salah satu persyaratan dari satuan pendidikan.
Selama ini tinjauan kita terhadap keberhasilan pendidikan adalah melalui Ujian Nasional. Hal ini berdasarkan pada Permendiknas No. 20 tahun 2007 menyebutkan bahwa ”Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan dari satuan pendidikan.
Berdasarkan Permendiknas di atas, salah satu pengukuran keberhasilan pembelajaran di Indonesia dapat diketahui melalui ujian nasional. Berarti dengan tingginya nilai ujian indikator dari manusia Indonesia pintar, akan tetapi belum tentu berkualitas. Ketika ujian nasional merupakan salah satu pengakuan keberhasilan pendidikan di negeri ini, perlu kita tanyakan korelasinya dengan kreativitas peserta didik dalam menentukan pilihan hidupnya dengan dengan alat ukur yang dibuat.
Sebagai dasar nilai rata-rata ujian berdasarkan data Dinas Pendidikan kabupaten Sambas tahun 2008/2009, untuk tingkat SMP Negeri dan Swasta nilai rata-rata Bahasa Indonesia 6,37, Bahasa Inggris 4,76, Matematika 4,07, dan IPA 4,91. Dengan capaian nilai tertinggi Bahasa Indonesia 10,00, Bahasa Inggris 8,40, Matematika 9,75, dan IPA 8,75. Sedangkan capaian nilai terendah adalah Bahasa Indonesia 2,20, Bahasa Inggris 1,60, Matematika 1,00, dan IPA 1,50.
Berdasarkan data di atas, dari rata-rata nilai yang ada yang dapat melewati 100% kelulusan per mata pelajaran adalah bahasa Indonesia, sedangkan tiga bidang studi di bawah standar (patokan). Jadi berdasarkan data di atas jelas bahwa mutu pendidikan di daerah kab. Sambas masih rendah. Untuk menyoroti kegagalan dalam proses pembelajaran di atas dapat ditentukan berbagai faktor antara lain:
a.    Input siswa dengan bekal kompetensi yang rendah, dengan gejala yang dapat dilihat kemampuan belajar yang lambat, pemahaman yang tidak tuntas terhadap konsep-konsep bahan ajar.
b.    Kurangnya guru dengan gejala beban mengajar guru bertambah, pembinaan siswa terlantar.
c.    Kompetensi guru yang memprihatinkan dengan gejala  kekurangterampilan guru dalam mengembangkan materi, metode, serta media belajar dan kurangnya semangat untuk berkompetensi.
d.   Dukungan manajemen sekolah yang memprihatinkan dengan gejala guru tidak merasa menjadi bagian dari tim sekolah, dan terhambatnya pengembangan program-program inovatif.
(Lokakarya Guru SMP Dinas Pendidikan Kab.Sambas, 3 Agustus 2009)

Satu di antara persoalan dalam kegagalan dalam pendidikan adalah kompetensi guru yang memprihatinkan dengan gejala kurangnya semangat berkompetensi. Hal tersebut merupakan salah satu indikator  kegagalan karena guru tidak mau dalam mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas dirinya. Sehingga berakibat kepada siswa tidak mampu untuk berkompetisi dengan siswa lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan solusi yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia. Artinya seorang guru harus mampu berkompetisi dan mampu menjadi model yang efektif dalam pembelajaran. Hal ini dapat tercapai dengan keterampilan menulis karena menulis dan membaca merupakan keterampilan produktif dalam menghasilkan karya sebagai sebuah pemikiran penulis. Untuk itu, penulis berupaya membahas persoalan di atas, melalui keterampilan guru dalam menulis karya ilmiah dapat meningkatkan kualitas pendidikan (dalam hal ini di Indonesia)

2.      Pengertian Menulis Karya Ilmiah
Menulis merupakan kegiatan kreatif karena menulis merupakan kemampuan produktif setelah membaca karena dengan menulis kita bisa menyampaikan gagasan yang konstruktif sesuai dengan tujuan dari tulisan yang dibuat. Ditambah lagi,, menulis merupakan upaya pengembangan diri dalam mengolah kata menjadi ringkas, padat, berisi, dan menarik untuk dibaca. Menulis biasanya disebut dengan karya ilmiah, baik itu ilmiah maupun karya non ilmiah. Karya ilmiah terdiri atas skripsi, tesis, artikel ilmiah, karya ilmiah, dan lain-lain. Sedangkan karya nonilmiah adalah ceerpen, novel, prosa, puisi.
Selain itu, menurut Puji (2008:2) banyak keuntungan yang dapat diraih dengan menulis. Dengan menulis, Anda dapat mendokumentasikan ide, pemikiran,  atau apa saja yang ada dalam pikiran. Apalagi jika tulisan Anda dibukukan kemudian dibaca, diapresiasi, dan dimanfaatkan orang lain, Anda pasti akan merasakan kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, menulis merupakan tindakan yang kreatif dalam menyampaikan ide atau gagasan yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Triningsih (2008:2) mengungkapkan pengertian karya ilmiah merupakan karangan yang menyajikan hasil pikiran, pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode tertentu secara sistematis.
Berdasarkan menurut pendapat di atas, karya ilmiah proses penyajian ide atau gagasan penulis melalui hasil pikirannya (karya) dengan menggunakan metode yang ditentukan untuk kepentingan dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Ditambah lagi, dengan karya yang dihasilkan semoga mampu memberikan kontribusi pengetahuan dalam pengelolaan sumber daya alam dan menghasilkan teori yang efektif dalam memajukan pendidikan, budaya, pertanian, maupun bidang lainnya.

3.      Peningkatan Kualitas Pendidikan di Sekolah melalui Berpikir Kritis Guru dalam Karya Ilmiah
Berdasarkan pantauan penulis di lapangan, kondisi yang dihadapi siswa dalam belajar ialah: (1) Proses pembelajaran lebih bersifat pasif karena terbatasnya wawasan dimiliki karena kurangnya minat dalam membaca siswa.(2) Pembelajaran lebih kepada hasil, bukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai.(3) Kurangnya pengawasan dan dukungan orang tua dalam belajar. (4)Kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa dalam mengembangkan atau menumbuhkan potensi siswa, Persoalan di atas tidak terjadi dengan begitu saja, akan tetapi, hal tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi guru yang kurangnya merencanakan pembelajaran efektif, yang menyentuh kepada pelaksanaan serta proses penilaian yang berantakan. Kurangnya semangat berkompetensi. Gambaran persoalan tersebut memberikan masukan yang signifikan terhadap kondisi pembelajaran yang tidak berjalan dengan efektif.
Guru yang kreatif dan memiliki semangat kompetisi akan memiliki nilai tambah (value added) (dalam hal ini memiliki kemampuan dalam karya ilmiah) karena melalui karya yang ditampilkan akan memberikan model yang efektif dalam membangun semangat siswa sehingga memiliki ekspetasi. Menurut UU No.14/2005, pasal: 1:1 menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah,
Berdasarkan pernyataan di atas, guru yang profesional (guru yang memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya) yang mempunyai kemampuan memberikan pengetahuan, pemahamanan, dalam mentransferkannya kepada peserta didik.
Creemers (1996) (dalam Jamaluddin, 2002: 17) menyebutkan mengembangkan model dasar sekolah yang efektif mencakup empat tingkat: siswa, kelas, sekolah, dan konteks (di atas sekolah). Asumsi dasar Creemers  bahwa prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor siswa saja (latar belakang sosio-ekonomi, kecerdasan, dan motivasi instrinsik) tetapi juga oleh kelas, sekolah, dan di mana proses belajar mengajar terjadi.
Berdasarkan pembahasan di atas, faktor-faktor sekolah efektif guna menuju sekolah yang berkualitas adalah faktor kelas. Kelas merupakan sebuah wadah dalam mentransformasikan ilmu, yang dipimpin oleh seorang guru. Guru yang berkualitas yang memiliki kemampuan menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang matang terhadap persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan masukan yang konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi atau bakat dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam menjalani hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan kepada siswa budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi. (9) Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta penilaian dalam pembelajaran.  (11) responsif terhadap kemajuan yang berkembang.(12) memahami kebutuhan siswa dan tuntutan zaman.

4.      Kesimpulan
Simpulan yang dapat dipetik dari pembahasan di atas adalah terampil menulis karya tulis ilmiah oleh pendidik akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena dengan menulis karya ilmiah tentunya akan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mampu berpikir kritis serta kreatif dengan analisis yang matang terhadap persoalan yang terjadi di lapangan. (2) Mampu memberikan masukan yang konstruktif dalam membangun mental siswa, (3) menumbuhkan potensi atau bakat dan minat peserta didik. (4) meningkatkan keterampilan siswa dalam menjalani hidupnya. (5) meningkatkan kualitas pembelajaran. (6) Menumbuhkan kepada siswa budaya menulis dan membaca. (8) memunculkan semangat berkompetisi. (9) Menciptakan guru yang professional. (10) memiliki inovasi dan kreasi dalam menentukan strategi pembelajaran, baik dalam memilih metode, media, serta penilaian dalam pembelajaran. 


 
DAFTAR REFERENSI

Dinas Pendidikan. Bahan Sajian untuk Lokakarya SMP di Sambas. Disampaikan 3 Agustus 2009.


Triningsih, Diah Erna. 2008. Kiat Menulis Karya Ilmiah. PT. Macanan Jaya Cemerlang: Magelang Indonesia


FKIP Untan. 1996. Jurnal Ilmiah Edukatif FKIP Untan. FKIP: Pontianak.


Puji Farida. 2008. Panduan Menulis Laporan. PT. Citra Aji Parama: Yogjakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar